Fenomena pamer foto mesra dengan pacar di media sosial semakin hari semakin banyak ditemukan, terutama di kalangan remaja. Mereka seolah tak malu mengunggah foto-foto yang menampilkan dirinya tengah melakukan kontak fisik yang cukup intim seperti berpelukan, berciuman pipi atau bibir, bahkan hingga duduk di pangkuan sang pacar.
Beberapa orang menganggap hal itu adalah hal wajar sebagai bentuk sayang kepada pasangannya. Tetapi rupanya ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi yang belum terpikirkan oleh para remaja. Apa saja?
Satu hal yang perlu diingat saat mengunggah foto mesra bersama pacar ke media sosial adalah, meski Anda sudah menghapus foto tersebut dari akun sosial media, belum tentu foto terebut akan hilang begitu saja. Psikolog Ajeng Raviando mengatakan bahwa segala sesuatu yang sudah masuk ke dunia virtual masih bisa dicari rekam jejaknya dan berpotensi untuk digunakan dengan oknum yang tidak bertanggung jawab.
"Jadi Anda harus siap dengan segala konsekuensinya. Mungkin sekarang mikirnya berfoto atau merekam video yang menampilkan kemesraan dengan pacar untuk seru-seruan saja, lucu-lucuan saja. Tapi kalau sudah berhubungan serius dan pacar melihat foto lama dengan mantan, itu kan yang jadi masalah," kata Ajeng saat dihubungi Wolipop, Selasa (2/8/2016).
Tidak hanya dari sisi hubungan asmara saja, mengumbar foto atau video mesra bersama kekasih nantinya akan berdampak kepada karier. Psikolog lulusan Universitas Indonesia itu menjelaskan, kini banyak sekali perusajaan yang melihat kualifikasi calon karyawannya berdasarkan seberapa aktif orang tersebut menggunakan sosial media.
Mereka melihat dan memeriksa apakah orang tersebut layak menempati posisi di perusahaannya. Dengan demikian, perusahaan bisa mengambil pertimbangan untuk merekrutnya atau tidak.
"Banyak perusahaan yang lihat sosial media calon karyawannya untuk melihat kepribadiannya. Kalau di sana banyak foto-foto yang umbar kemesraan dengan pacar, mungkin bisa jadi ada pertimbangan lain dari perusahaan. Misalnya untuk jabatan tertentu yang perlu kerahasiaan, bisa saja jadi tidak layak," lanjut psikolog dua anak itu.
Usia remaja adalah usia yang rentan terhadap pengaruh dari luar. Dengan mudahnya mereka mengikuti gaya dari role model atau sosok yang diidolakannya. Ajeng mengatakan, jika sang idola tersebut memberikan pengaruh buruk, tidak menutup kemungkinan bahwa para remaja juga akan melakukan hal yang sama.
Itu sebabnya, ketika seseorang sudah menjadi figur publik dan panutan yang diidolakan oleh para remaja sebaiknya harus berhati-hati dalam berperilaku. Sehingga orang lain atau para remaja yang masih mudah terpengaruh itu bisa memiliki pertimbangan dan patokan perilaku mana yang bisa diikuti dan dilakukannya,
"Walaupun misalnya ada yang mikir, 'suka-suka aku dong', tapi sebenarnya tidak bisa. Kalau menempatkan diri kamu menjadi figur publik harus bisa jaga diri dan perilaku sehingga orang lain tidak terganggu," papar psikolog kelahiran 1973 itu sebelum menutup perbincangan.