Sindopos.com - Profil Desa Ngadirejan Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan.
Profil Desa & Kelurahan, Desa Ngadirejan Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan |
Kondisi Desa Ngadirejan Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan
Pentingnya memahami kondisi Desa
untuk mengetahui keterkaitan perencanaan dengan muatan pendukung dan permasalahan
yang ada, memberikan arti penting keputusan pembangunan sebagai langkah
mendayagunakan dan penyelesaian masalah di masyarakat.
Desa
Ngadirejan merupakan salah satu dari 13 desa di wilayah Kecamatan Pringkuku,
yang terletak di kota kecamatan. Desa Ngadirejan mempunyai luas wilayah seluas
118.080 hektar. Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut :
BATAS DESA
|
|
Sebelah Utara
|
Desa Mendolo Kidul, Kecamatan Punung
|
Sebelah Selatan
|
Desa Pringkuku dan Desa Sobo
|
Sebelah Timur
|
Desa Glinggangan dan Desa Sedeng
|
Sebelah Barat
|
Desa Punung, Kecamatan Punung
|
Iklim Desa Ngadirejan, sebagaimana desa-desa lain di wilayah Kabupaten
Pacitan mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh
langsung terhadap pola tanam warga masyarakat, petani diwilayah Desa.
Sejarah Desa Ngadirejan Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan
Sumber informasi dari
buku sejarah Babat Pacitan dan tokoh masyarakat yang bersifat legenda, menceritakan bahwa, wilayah kabupaten Pacitan sebelah barat pada zaman Babat
Romana tahun 1638 termasuk salah satu wilayah negara Gung termasuk wilayah
pacitan yang disebelah barat. Dikala itu desa Ngadirejan termasuk salah satu
Pademangan adalah Pademangan Pringkuku yang bertempat di Desa Pringkuku. Sejalan
dengan perkembangan kehidupan sosial, budaya, dan perkembangan zaman serta
tidak ada kesamaan pendapat para warga masyarakat, dan terjadi pemecahan
wilayah dibagi menjadi dua bagian yaitu desa Blimbing dan Desa Pringkuku.
Seiring dengan perkembangan sejarah karena pada waktu zaman penjajahan Belanda.
Setelah melihat dan mencermati dari sumber/manca kaki
desa Blimbing pada zaman itu ada beberapa orang tokoh pemuda dan orang yang
paling disegani dan dipimpin oleh seorang Bekel (Lurah) Desa Blimbing dibagi
menjadi beberapa Pedukuhan Namur tahun perkembangan itu sampai saat ini belum
dapat dijelaskan secara pasti. Adapun nama dukuh-dukuh sebagai berikut :
1. Dukuh Blimbing
2. Dukuh Krajan
3. Dukuh Mudal
4. Dukuh Bongkot (sekarang Jambu)
5. Dukuh Bulu
6. Dukuh Sumber
Adapun sumber
informasi dari kabupaten pacitan sesepuh dan tokoh masyarakat yang masih
bersifat legenda menceritakan bahwa wilayah Desa Ngadirejan pada zaman babad
mamona tahun 1638 termasuk salah satu jegara gung, wilayah Kerjaan Mataram
terbukti konon ceritanya asok glondong pengareng-areng (bahasa jawa) kalau
sekarang pajak PBB, ke Keraton. Pada zaman itu struktur pemerintahannya adalah
termasuk wilayah Kabupaten Pacitan di sebelah barat.
Sejalan dengan
perkembangan kehidupan sosial ekonomi dan perkembangan penduduk, serta tidak
ada kesamaan pendapat dengan warga , maka Pademangan Pringkuku dipecah menjadi
dua bagian yaitu Desa Blimbing dan Desa Pringkuku. Setelah mengikuti
perkembangan budaya Desa Blimbing dirubah namanya menjadi Desa Ngadirejan
diambil dari kata Ngedirake (bahasa jawa) karena pemudanya sangat mengandalkan
kemampuannya, sedangkan angka-angka tahun perkembangan itu sampai saat ini
belum dapat dijelaskan dengan pasti, namun pada zaman itu wilayahnya juga sudah
dibagi menjadi tujuh dukuh.
Adapun
yang menjabat Kepala Desa atau yang disebut lurah yang pertama sampai sekarang
adalah :
Pertama : Limoen
Karsodikromo yang bertempat di Dukuh Blimbing
K edua : Sojot
kartodiharjo yang bertempat di Dukuh Krajan
Ketiga : Giman
Kartoredjo yang bertempat di Dukuh Bulu
Keempat : Bojamin
Sastro Oetomo bertempat di Dukuh Jambu (Bongkot).
Kelima : Kasrin
bertempat di Dukuh Mudal.
Keenam : Tuimun
Atmowiyono bertempat di Dukuh Sumber.
Ketujuh : Amat
Suhadi bertempat di Dukuh Krajan Krajan (sampai saat ini).
Asal-usul
masing-masing Dusun yang ada di Desa Ngadirejan adalah sebagaimana kami uraikan
dibawah ini :
Dusun
Jambu Desa Ngadirejan Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan
Pada zaman dahulu Dukuh
Jambu bernama Dukuh Bongkot.
Menurut nara
sumber mengatakan bahwa Dukuh Bongkot adalah Dukuh yang menjadi Bebongkotan
(bahasa jawa bonggol pohon kayu), terbukti pada zaman itu ada kelahiran seorang
tokoh yang namanya Gadung Melati yang ari-arinya dimasukkan dalam tanah dan
tidak ditutup, setelah itu menjadi gua di hutan Bongkot dan akhirnya tumbuh
sebatang kayu yang paling tua sekali yang pertma kali tumbuh di Alas Bongkot
yang namanya kayu Songgo Langit (Dlimo). Kayu ini menurut mitos atau ceritanya
masyarakat sekitar sampai sekarang tidak boleh dibawa keluar wilayah Dukuh
Bongkot akan membawa mala petaka.
Di Dukuh ini
ada upacara adat yang sampai saat ini masih dilestarikan adalah adat bersihan.
Sebelum tahun 1965 kebawah, upacara tersebut masih diramaikan dengan
Tayuban/Langen Bekso. Yang menari/njoget anak-anak penggembala Sapi (Bocah
Angon Bahasa Jawa) dengan diiringi Gending Jawa Waru doyong dan lain-lain,
selanjutnya diteruskan oleh orang-orang tua. Namur sekarang adat ini sudah
tidak dilaksanakan lagi, karena yang tua-tua atau para sesepuh sudah tidak ada,
yang diadakan tinggal selamatan yang artinya minta berkah dari Yang Maha Kuasa.
Juga masih menurut mitos/cerita di Bongkot banyak orang yang ngangsu
kaweruh/cari ilmu, sehingga kalau yang tua sudah tidak ada maka tumbuh yang
muda sampai saat sekarang ini. Adapun yang menjabat sebagai kamituwa :
- Pertama Mbah Min di Bongkot
- Kedua Mbah Reso Dikromo di Sumberingin
- Ketiga Mbah Karnawi di Teklik
- Keempat Mbah Katimin di Teklik
- Kelima Supardi di Jambu
- Keenam Sokinen di Bongkot
Di Dusun ini juga ada yang menjabat Kepala Desa (Lurah)
keempat adalah Bapak Boyamin Sastro
Oetomo. Setelah perkembangan jaman dan waktu Bapak Supardi menjabat Kamituo
maka Dukuh Bongkot diubah namanya menjadi Dusun Jambu sampai saat ini.
Dusun Mudal Desa Ngadirejan Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan
Asal usul Dusun Mudal menurut nara sumber dan sesepuh
yang masih ingat dan mengetahui tentang riwayat singkat tentang nama Dusun
Mudal adalah ketika menjelang musim penghujan tiba, penduduk secara serempak
mengerjakan lahan secara gotong royong untuk mempersiapkan lahan yang akan
ditanami.
Pada saat itu
juga orang-orang sedang beristirahat melepas lelah ditepi jalan sambil makan
minum alakadarnya, tiba-tiba ada seorang yang tidak dikenal lewat, lalu menegur orang-orang tersebut
dengan ucapan demikian “Hei Kisanak, sedang kerja apa disini?” menyiapkan lahan
pertanian, jawab mereka secara serentak. Selanjunya orang tersebut melanjutkan
pertanyaan demikian “Baikkah tanah ini jika ditanami?” para petani menjawab
“Pasti baik dan keluar hasilnya” (dalam bahasa jawa lemu lan medal) sehingga
padukuhan ini dikukuhkan dengan Dusun “Mudal” berasal dari kata Lemu dan Medal.
Demikian sejarah singkat asal usul dusun Mudal yang
sampai Sekarang masih berlaku. Penjabat Kepala Dusun Mudal dari pertama sampai
Semarang adalah sebagai berikut :
- Pertama Josemito
- Kedua Pojoyo
- Ketiga Karso Sakat
- Keempat Noyo Rejo
- Kelima Gimin
- Keenam Sastrodiharjo
- Ketujuh Marjuki
- Kedelapan Sarponen
- Kesembilan Sukimun
- Kesepuluh Yanuar Edy Tyas
Dusun Krajan Desa Ngadirejan Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan
Sejak dahulu
penjajahan Belanda Dusun Krajan disebut Dukuh Jayan yang meliputi dua wilayah
dan lingkungan. Lingkungan utara bernama Kebon daerahnya disekitar Masjid
Baiturrohman Semarang, dan lingkungan selatan bernama Jayan yang wilayahnya
mulai sebelah selatan pasar sampai perbatasan
Jodog Desa Pringkuku.
Nama Jayan
berasal dari seorang tokoh yang ada di daerah ini yang bernama Jayaniman.
Jayaniman adalah orang yang sangat disegani, karena orang tersebut tempat
menimba ilmu kedewasaan.
Karena adanya perubahan jaman dan
perkembangan kemajuan pembangunan serta letaknya yang Sangay strategis, daerah
Jayan menjadi daerah yang Sangay rejo atau ramai serta Dusun Krajan dipimpin
oleh seorang Kepala Dusun atau kamituwo. Mulai jaman Belanda sampai Sekarang mengalami beberapa pergantian
antara lain :
- Pertma Bonawi Al Miko
(Jaman Belanda) menjabat lebih kurang 45 tahun.
- Kedua Supani (Jaman awal kemerdekaan) menjabat kurang lebih 36
tahun
- Ketiga Sugito (Mewarisi Jabatan ayahnya Supani) menjabat mulai
1977 sampai dengan 1995
- Keempat Amat Suhadi mulai tahun 1995 sampai dengan 1997 karena
terpilih menjadi Kepala Desa Ngadirejan sampai sekarang.
- Relima Heru Krestiawan menjabat mulai tahun
1997 sampai 1999
- Keenam Hadi Katmanto mulai 1999 sampai sekarang.
Dusun Blimbing Desa Ngadirejan Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan
Dusun Blimbing
merupakan salah satu wilayah dari Desa Ngadirejan, seiring dengan berkembangnya peradaban dan
tata pemerintahan, dahulu juga disebut Dukuh Blimbing.
Blimbing (nama
pohon) yang bentuk dan buahnya tak asing lagi
bagi kita, merupakan nikmat dan karunia Tuhan buat manusia yang wajib
disyukuri, rasanya yang tidak terlalu Manis, bentuknya yang bersisi lima
seperti gambar bintang, apabila dipotong merupakan ayat-ayat Tuhan yang nyata
dan perlu dipahami.
Sisi
(Blimbingan-Jawa) pada buahnya yang berjumlah lima mungkin merupakan kalimat
tauhid yang ditanam Tuhan di bumi ini untuk mengingatkan umat agar selalu
berpegang pada rukun Islam yang lima. Jauh menoleh kebelakang Raden populer
dengan sebutan Sunan Kalijogo salah satu tokoh penyebar Islam di tanah jawa ini
pernah menyuruh dengan untaian kalimat tembangnya yang tak aus dimakan usia meskipun
era semakin maju “Cah angon penekno blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekno, kanggo
masuh dodotiro” dan seterusnya.
Tokoh tersebut menyuruh cah angon (penggembala) untuk
memanjat blimbing, meskipun lincin supaya memetik buah untuk melenas daga dan penyegar
tubuh. Cah angon (penggembala) dimaksudkan adalah umat manusia. Karena manusia
hidup ibarat menggembala (angon) hawa dan nafsu, maka kita disuruh memanjat
blimbing, memtik buahnya dan menikmati rasanya, dikandung maksud kita harus
berpegang pada rukun Islam dan rukun Iman.
Dusun Bulu Desa Ngadirejan Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan
Asal-usul Dusun
Bulu menurut cerita yang berasal dari sesepuh atau moncokaki mengatakan bahwa,
nama Dukuh Bulu diambil dari nama kayu (Pon) Bulu yang tumbuh besar di
tengah-tengah Pedukuhan, tepatnya di Kali Bulu.
Pedukuhan ini
terdiri dari beberapa blok dan lingkungan, antara lain : Lingkungan Bulu,
Lingkungan Ngemplak, Lingkungan Gupakan Gede, Lingkungan Gunung Gongso,
Lingkungan Gunung Mulamulu dan Lingkungan Gunung Cilik. Lingkungan-lingkungan
tersebut sekarang menjadi RT. Pedukuhan Bulu merupakan pedukuhan yang terbesar baik
luas wilayahnya maupun jumlah penduduknya dibanding dengan pedukuhan lain di
Desa Ngadirejan.
Sedangkan
tradisi masyarakat tidak jauh berbeda dengan Pedukuhan lain di Desa Ngadirejan,
seperti bersih Dukuh dan lain-lain. Tokoh masyarakat yang pernah menjabat
Kepala Desa (Lurah) kedua adalah
KARTOREDJO GIMAN, pada waktu pemerintahan beliau mendirikan Pasar Desa yang
sampai sekarang masih tumbuh dan berkembang.
Yang pernah menjabat
Kamituwa (Kepala Dusun) Bulu :
- Pertama Bapak Kartomo, Bayannya Bapak Tumijo
- Kedua Bapak Asmorejo, Bayannya Bapak Jumiyo dan bapak Bosiran
- Ketiga Bapak Katwadi
- Keempat Ibu Tutik Harina
Dusun Sumber Desa Ngadirejan Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan
Pertamakali istilah sumber diperkenalkan oleh mbah
Tirto pada awal abad ke-19 berasal dari kata Su yang berarti baik dan Ber
yang berarti Pusat. Istilah ini mengandung arti daerah yang mempunyai banyak
air karena Sumber merupakan daerah yang dikelilingi tiga mata air.
Mbahtirto
adalah salah satu anak buah Batoro Kathong yang terusir dari daerah Kebon
Agung.
Mata air yang
pertama adalah kali Blumbang yang letaknya di sebelah utara, kedua adalah kali
Ngunut yang letaknya di sebelah barat dan yang ketiga adalah kali Bendo yang
letaknya disebelah selatan (sekarang disebut kali sumber). Menurut orang tua
terdahulu daerah Sumber meliputi semua daerah yang dialiri tiga mata air
tersebut. Pada abad ke-20 sumber dipimpin oleh Karyo Tirto yang merupakan putra
sulung dari Mbah Tirto. Pada masa perpisahan antara Desa Blimbing dan Desa
Pringkuku maka Sumber menyatakan diri sebagai bagian dari Desa Blimbing dan Karyo Tirto meminta Sumber
menjadi Dusun sendiri dan Karyo Tirto
menjadi Kepala Dusun yang pertama. Kemudian pada saat perubahan Desa
Blimbing menjadi Desa Ngadirejan maka ditetapkan batas-batas Dusun seperti
sekarang ini yang meliputi daerah :
1. Panggang-panggang atau Dung Dowo yaitu daerah bekas danau di
sebelah selatan.
2. Jandu Lekor daerah yang dialiri sungai berkelok
3. Ngunut adalah daerah yang memanfaatkan mata air dari Kali Ngunut
4. Daerah sumber yang miring ke sebelan barat
5. Sumber yaitu daerah yang warganya memanfaatkan air dari kali
Bendo/Sumber
6. Pundung yaitu daerah yang dulu timbul karena banyak rumah
rayap/pundung
7. Kalinongo yaitu daerah aliran sungai dari Kali Blumbang yang
keluar
8. Blumbang adalah daerah yang warganya memanfaatkan air dari Kali
Blumbang.
9. Crabak daerah yang meliputi hutan dan lereng Gunung Tugu
Adapun kepala-kepala Dusun
Sumber dari masa kemasa sebagai berikut :
- Pertama Karyo Tirto menjabat tahun 1905 sampai dengan 1918
- Kedua Kromo Tirto menjabat tahun 1918 sampai dengan 1938
- Ketiga Kromo Banteng menjabat tahun 1938 sampai dengan 1948
- Keempat Tuimun/Atmo Wiyono menjabat 1972 sampai dengan 1990
- Keenam Paino menjabat tahun 1990 sampai dengan 2004
- Ketujuh Soewarno menjabat 2004 sampai 2008
- Kedelapan Sukiran menjabat tahun 2008 sampai sekarang
Dusun Salam Desa Ngadirejan Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan
Asal-usul Dusun
Salam menurut cerita dari nara sumber, di Dukuh ini banyak sekali ditumbuhi
pepohonan yang dinamakan Pohon Salam untuk itu menurut cerita agar mudah
diingat maka Dukuh ini disebut dengan Dukuh Salam . Kemudian pada waktu itu setiap
setahun sekali diadakan upacara bersihan atau baritan pada bulan longkang
(bahasa jawa) yang bertujuan membersihkan kali atau danyang yang bau rekso
padukuhan. Tradisi tersebut dilaksanakan secara turun-menurun kira-kira sampai
sekitar tahun 1970 an. Tradisi tersebut sekarang hilang dengan sendirinya karena
yang memprakarsainya yang tua sudah tidak ada.
Dari dulu
sampai sekarang Dusun salam adalah dusun yang terpencil di wilayah Desa
Ngadirejan, maka untuk sejarah perkembangan penduduk dan pembangunan sangat
tertinggal dibandingkan dengan dusun-dusun lainnya.
Adapun tokoh-tokoh
masyarakat yang pernah Kepala Dusun (Kamituwo) Dusun Salam adalah sebagai
berikut :
- Pertama Mbah Tikromo
- Kedua Mbah Amat Bakri, Bayannya Sarimin
- Ketiga Mbah Karso Rejo, Bayannya Misman
- Keempat Mbah Karmorejo, Bayanya Katemin
- Kelima Mbah Bejo Jumadi, Bayannya Tukiran
- Keenam Mbah Tusiran, Bayannya Tukiran
- Ketujuh Mbah Tukiran, Bayannya Mulyono/Ponen
- Kedelapan Pak Bosiran sampai dengan sekarang
Pada dasarnya
pembangunan Desa Ngadirejan sudah tumbuh sejak jaman penjajahan Belanda, namun
masih terbatas tenaga gotong royong (swadaya) yang masih bersifat tradisional
dan spontanitas serta terbatas pada tenaga kerja.
-
Pembangunan Jembatan Sumber – Salam Tahun 1999
(DPD/K)
- Pembangunan Lantai Balai Desa Tahun 2000 (DPD/K)
- Pembangunan Gapura masuk Kantor Desa Tahun 2001 (DPD/K)
- Pembangunan Pagar dan papan nama Tahun 2002 (DPD/K)
- Rehap Teras Kantor Desa Tahun 2003 (DPD/K)
- Pembangunan Panti PKK dan Sekretariat BPD Tahun 2004 (DPK-D/K)
- Pembangunan Teras Balai Desa Tahun 2005 (swadaya)
- Pengaspalan Jalan Jurusan Kantor Desa Tahun 2005 (DPD-D/K)
Demografi Desa Ngadirejan Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan
Desa Ngadirejan terdiri dari 7 dusun yaitu
Jambu, Mudal, Krajan, Blimbing, Bulu, Sumber, Salam dengan jumlah penduduk 3562
jiwa atau 1067 KK, dengan perincian sebagai berikut :
Tabel II.1 : Jumlah Penduduk
No.
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
1.
|
Laki-laki
|
1766 Orang
|
2.
|
Perempuan
|
1796 Orang
|
3.
|
Kepala keluarga
|
1067 KK
|
Tabel
II.2 : Jumlah Penduduka Menurut Umur
No.
|
Umur (Tahun)
|
Jumlah (Jiwa)
|
1.
|
>65
|
43
|
2.
|
60-65
|
147
|
3.
|
55-60
|
202
|
4.
|
50-55
|
204
|
5.
|
45-50
|
262
|
6.
|
40-45
|
295
|
7.
|
35-40
|
263
|
8.
|
30-35
|
245
|
9.
|
25-30
|
247
|
10.
|
20-25
|
256
|
11.
|
15-20
|
250
|
12.
|
10-15
|
510
|
13.
|
5-10
|
265
|
14.
|
<5
|
31
|
Jumlah
|
Keadaan Sosial Desa Ngadirejan Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan
Tingkat
pendidikan masyarakat Desa Ngadirejan adalah sebagai berikut :
Tabel II.3 : Tingkat Pendidikan Mayarakat
No.
|
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah (orang)
|
1.
|
Tidak Sekolah/Buta Huruf
|
10
|
2.
|
Tidak tamat SD/Sederajat
|
39
|
3.
|
Tamat SD/Sederajat
|
1074
|
4.
|
Tamat SLTP/Sederajat
|
45
|
5.
|
Tamat SLTA/Sederajat
|
667
|
6.
|
Tamat D1, D2, D3
|
2
|
7.
|
Sarjana/S-1
|
83
|
Kesenian yang masih ada di Desa Ngadirejan
adalah sebgai berikut :
Tabel II.4 : Kesenian Masyarakat
No
|
Jenis Kesenian
|
Jumlah Kelompok
|
Status
|
1.
|
Ketoprak
|
1
|
Tidak aktif
|
2.
|
Wayang
|
1
|
Tidak aktif
|
3.
|
Slawatan
|
1
|
Tidak aktif
|
4.
|
Reog
|
1
|
Tidak aktif
|
Keadaan Ekonomi Desa Ngadirejan Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan
Karena Desa Ngadirejan merupakan desa
pertanian, maka sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani,
selengkapnya sebagai berikut :
Tabel II.5 : Mata Pencarian Penduduk
Petani
|
Pedagang
|
PNS
|
Tukang/Jasa
|
Lain-lain
|
704
|
47
|
73
|
321
|
-
|
Jumlah kepemilikan hewan ternak oleh penduduk
Desa Ngadirejan adalah sebagai berikut:
Tabel II.6: Kepemilikan Ternak
Ayam/itik
|
Kambing
|
Sapi
|
Kerbau
|
Lain-lain
|
1360
|
3.123
|
424
|
-
|
-
|