Sindopos.com - Profil Desa Kendal Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur.
Desa Kendal
merupakan salah satu dari 13 desa di wilayah Kecamatan Punung, yang terletak
1 Km ke arah Selatan dari kota Kecamatan, Desa Kendal mempunyai luas wilayah seluas 338,760 Ha. Adapun batas-batas wilayah desa Kendal :
1 Km ke arah Selatan dari kota Kecamatan, Desa Kendal mempunyai luas wilayah seluas 338,760 Ha. Adapun batas-batas wilayah desa Kendal :
BATAS DESA
|
||
Sebelah
Utara
|
: Desa Mantren dan Punung
|
|
Sebelah
Selatan
|
||
Sebelah
Timur
|
||
Sebelah Barat
|
Iklim Desa
Kendal, sebagaimana desa-desa lain di
wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai
pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Kendal Kecamatan Punung.
Sejarah Desa Kendal Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan
Sejarah Asal – Usul Desa Kendal
Desa
Kendal adalah suatu desa yang terletak
di tengah – tengah desa di sebelah selatan kota kecamatan yang terdiri dari beberapa
perdusunan yang asri, subur penuh dengan legenda yang masih tumbuh dan
berkembang di masyarakaat. Juga dikenal penduduknya sangat ramah dan penuh rasa
persaudaraan yang begitu erat serta menjunjung tinggi adat gotong – royong yang
begitu erat, sehingga mendapat julukan “ Kendal Grubyuk” ( yang selalu
bersama).
Keasrian
dan kesuburan tanahnya disebabkan karena di ujung utara mengalir sungai yang
jernih. Di tengah – tengah desa terdapat danau yang menawan dan kelihatan keindahan
yang begitu alami. Nama danau tersebut diambil dari kisah jaman dahulu, dimana
danau tersebut sebagai tempat berkubang Badak ( bahasa Jawa: Warak ), maka
danau tersebut dikenal dengan sebutan Telaga Guyang Warak ( Tempat mandi
Badak ) yang menjadi kebanggaan Desa Kendal sampai saat ini.
Sedang
asal – usul desa Kendal dari narasumber yang dikisahkan secara turun- temurun
adalah sebagai berikut. Pada jaman dahulu, disaat Prabu Brawijaya
memerintah di kerajaan Majapahit, sang Prabu memiliki 2 ( dua ) istri yang
sangat rukun. Dari Permaisurinya beliau memiliki seorang anak laki – laki yang
bernama Pangeran Prawirayuda. Sedangkan dengan istri keduanya beliau di
karuniai seorang Putri yang cantik jelita, dan diberinama Raden Ayu Windrati.
Mereka hidup bersama dengan penuh kedamaian. Setelah putra – Putri mereka
beranjak dewasa, kerukunan itu justru semakin erat. Dengan kerukunan kedua
anaknya itu sang Prabu tidak mempunyai kecurigaan apa – apa, namun trenyata
kedua putra – putri kerajaan tersebut saling mencintai. Setelah lama jalinan
cinta mereka diketahui oleh kedua ibu mereka. Dan anehnya kisah cinta mereka
justru mendapat restu dari ibu mereka, padahal menurut silsilah keluarga,
mereka itu sedarah dan dilarang untuk menikah. Walaupun terus berjalan Pangeran
dan putri ingin sekali meresmikan jalinan cinta kasih mereka di sebuah ikatan
pernikahan. Mereka berharap mendapat restu dari sang ayah, walau sebenarnya
saat itu sang ayah belum mengetahui jalinan kasih mereka. Mereka menunggu saat
yang tepat untuk menyampaikan hal tersebut pada sang ayah.
Pada
suatu hari mereka menghadap sang ayah secara bersama- sama memohon restu kepada
sang ayah dengan didampingi kedua ibunya. Namun apa yang terjadi tidak sesuai
dengan apa yang mereka harapkan. Sang Prabu tidak merestui hubungan mereka dan
Beliau murka kepada keduanya. Setelah mendengar keputusan sang ayah Pangeran
dan Putri sangat kecewa. Haripun berganti hari Pangeran Prawirayuda dan raden
Ayu Windrati merencanakan sesuatu, yaitu bermaksud meninggalkan kerajaan secara
diam – diam. Setelah beberaapa lama kepergian mereka diketahui oleh sang Prabu.
Saat itu juga Sang Prabu Brawijaya
menanyakan kepergian kedua anakanya kepada kedua istrinya. Akan tetapi kedua
istri Sang Prabu juga tidak tahu menahu soal kepergian kedua anaknya. Kemudian
sang prabu memerintahkan salah satu Punggawa kerajaan untuk mencari
anak-anaknya yaitu Kyai Mojo.
Setelah
mendapat perintah tersebut, dengan dibekali seekor Kuda Jantan yang gagah
perkasa, dengan tujuan untuk mempermudah perjalanan dalam pencarian Pangeran
dan Putri. Menurut keterangan dari Telik Sandi kerajaan keduanya berada di Jawa
sebelah selatan. Dengan keterangan tersebut maka Kyai Mojo bergegas berangkat
ke daerah selatan pulau Jawa. Sesampai di sana, tibalah disebuah pedusunan kecil
yamg asri dan subur, serta berhawa sejuk. Kiai Mojo berniat untuk istirahat
membuang penat sambil menikmati keindahan alam pedusunan yang tersebut. Beliau
berhenti disebuah di sebuah hutan yang terdapat di pinggir sawah.
Sore itu
Kiai Mojo berteduh dibawah pohon di dekat sumber air yang oleh warga digunakan
untuk kebutuhan sehari-hari. Pohon yang melindungi sumber air itu namanya kayu
Kendal beliau duduk sambil berdo’a memohon petunjuk kepada yang kuasa agar
semua tugas yang dia emban bisa berhasil dengan baik. Sementara itu kudanya
diikat dibawah pohon yang rumputnya agak tebal disebelah utara sendang
tersebut. Setelah suasana mulai gelap Kiai Mojo mengumpulkan ranting-ranting
kering, untuk dibuat perapian di smmping kudanya diikat, agar tidak ada binatang
buas yang mendekati dan mengganggu kuda tersebut. Setelah api menyala Kiai Mojo
pergi ke dekat sendang kecil di bawah pohon Kendal itu. Dengan terbawa
keheningan malam Kiai Mojo dengan penuh Tafakur memohon petunjuk kepada yang
Kuasa agar beliau bisa menemukan Pangeran Prawirayuda dan Raden Ayu Windrati.
Saat itu Kiai Mojo mendapat petunjuk bahwa keduanya masih berada di sekitar
Dusun kecil tersebut. Dengan bekal petunjuk tersebut lalu Kiai Mojo bermaksud
melanjutkan perjalanan. Belum sampai beliau berngkat tiba-tiba dikejutkan
dengan teriakan dari orang-orang kampong dari kejauhan. “ alas kobong……………alas
kobong……………!!!!!”.
Dengan
suara keras dan berkali-kali. Para warga
berlarian menuju sendang tersebut dengan tujuan mengambil air untuk memadamkan
api. Kiai Mojo terkejut dan bergegas menengok api yang beliau nyalakan tadi.
Ternyata api itu sudah membakar sebagian hutan dan terlihat asap membubung
tinggi di angkasa. Kemudian Kiai Mojo segera menghampiri kudanya yang diikkat
di sana. Ternyata kuda tersebut selamat. Para
warga secara bersamaan berusaha mmemadamkan api. Sejak saat itu dengan adanya kejadian tersebut maka
hutan itu dinamakan Alas kobong yang dikenal sampai sekarang.
Pada
saat itu juga Kiai Mojo memanfaatkan kesempatan lau bertanya kepada warga
tentang dua orang putra dan putri raja yang dicarinya. Beliau juga bilang pada
warga bahwa menurut petunjuk diperkirakan mereka berdua pernah singgah dan
tinggal semenntara di daerah ini. Sebagian warga ada yang menjawab bahwa mereka
pernah melihat keduanya, bahkan mereka juga beristirahat di daerah itu dan
sempat bersama-sama para petani menanam padi
(Tandur). Mereka tanam padi di sawah yang berada di pinggir
hutan tersebut. Tetapi mereka ada yang melihat bahwa mereka berdua melanjutkan
perjalanan kearah barat. Dengan bekal petunjuk warga pagi harinya Kyai Mojo
diajak berjalan-jalan melihat sebuah bukit kecil di sebelah selatan sawah,
menurut keterangan warga ada yang pernah melihat dua orang Putra-putri raja itu
pernah naik ke atas bukit kecil itu. Akan tetapi Kyai Mojo tidak menemukan
seorangpun di sana, tetapi yang ada hanyalah banyak tumpukan rumah semut,
selain banyak semutnya rumah semut itu kelihatan aneh dan unik. Dengan
diketemukanya bukit yang banyak semutnya, maka daerah di sebelah selatan sawah
itu dinamakan Gunung Semut yang sampai sekarang dikenal dengan sebutan
dusun Gunung semut.
Sekembalinya
mereka dari bukit kecil itu, dengan bekal petunjuk dari warga semalam Kyai Mojo
melanjutkan perjalanan kearah barat. Agar perjalannya tidak diketahui oleh
putra – putri Prabu Brawijaya beliau menyamar sebagai petani dan berjalan kaki,
kudanya dititipkan orang kampung. Setelah lama berjalan Kiai Mojo sampai di
suatu tempat, disitu banyak terlihat rumput hijau dan tempatnya luas sekali,
beliau teringat pada kudanya yang ditinggalkan di kampong sebelah. Dia menyuruh
salah satu warga yang ditemuinya lalu menyuruh untuk mengambilkan rumput untuk
pakan kuda ( Jawa: Ngarit ) untuk pakan kudanya. Dengan kejadian tersebut oleh
Kyai Mojo tempat itu dinamakan Ngaritan ( tempat mencari rumput pakan ternak ).
Sampai sekarang tempat itu menjadi pedusunan yang dinamakan Dusun
Ngaritan.
Setelah
minta tolong salah seorang penduduk untuk mengambil rumput dan mengantarkan ke
tempat kudanya diikat, lalu beliau
berjalan kea rah selatan. Belum jauh melangkah, Kyai Mojo menemukan sebuah
danau yang jernih airnya dan banyak dilihat binatang yang minum dan mandi
disitu, beliau berjalan mendekat kea rah danau serta mengamati binatang apa
yang berada di danau itu. Ternyata binatang itu adalah Badak yang sedang
berkubang ( Jawa: Warak ) maka danau tersebut dinamakan telaga Guyang
Warak dan terkenal sampai sekarang.
Karena
dalam perjalananya terhalang oleh danau, Kyai Mojo mengalihkan perjalanan
kearah barat, dan beliu berfikir bahwa perjalana kearah barat harus dilakukan
malam hari. Dengan tujuan agar tidak diketahui oleh Pangeran Prawirayuda
beserta Raden Ayu Windrati anak dari Prabu Brawijaya yang melarikan diri dari
Kerajaan. Sambil menunggu malam tiba Kyai Mojo beristirahat di pinggir danau
sambil menikmati indahnya alam pegunungan yang sejuk. Setelah malam tiba beliau
melanjutkan perjalanan kearah barat sampai akhirnya tiba di ujung barat
kampong. Beliu sampai disana sudah kesiangan atau kepagian ( Jawa: Kepadangen
), sehingga Kyai Mojo memberi nama
tempat itu dengan sebutan Padangan sampai sekarang dipakai
sebagai nama dusun yaitu dusun Padangan. Sampai didaerah itu tak
ditemukan petunjuk dan kabar tentang keberadaan kedua putra dan Putri raja
tersebut.
Karena
hal tersebut maka beliau memutuskan untuk kembali ke tempat dimana kudanya
diikat. Sampai di Alas Kobong beliau dapat petunjuk dari sebagian warga bahwa
ada yang melihat dua orang yang berada di sebuah Goa di ujung selatan dusun
Gunung Semut. Dengan petunjuk tersebut bergegas Kyai Mojo menghampiri di mana
letak Goa tersebut bearada. Setelah beberapa lama berjalan, Kyai Mojo sampai di
dekat Goa tersebut, beliau berharap dapat menangkap basah mereka berdua. Akan
tetapi sesampainya di sana beliau terkejut dan tercengang penuh kekecewaan,
karena hanya sang putri Raden Ayu Windrati yang ditemui. Kiai Mojo menanyakan
dimana pangeran Prawirayuda berada, sang puttri menjawab bahwa
PangeranPrawirayuda sedang mencari bahan makanan di luar, sejak saat itu Goa itu dinamakan Goa Putri dan sekarang menjadi kebanggaan desa.
Tak lama
kemudian datanglah Pangeran Prawirayuda dengan membawa bekal makanan yang cukup
banyak. Dia tidak menyadari bahwa di dalam Goa tersebut sudah ada Kyai Mojo
yang sudah mengetahui keberadaan mereka berdua. Pangeran Prawirayuda dengan
penuh suka cita masuk ke dalam Goa. Tetapi betapa terkejutnya dia melihat
keberadaan Kyai Mojo yang sudah berada di dalam goa tersebut. Beliau adalah
seseoraaang yang diutus sang prabu untuk mencari mereka berdua. Pangeran Prawirayuda
menyerah dan akhirnya berbincang-bincang untuk menanyakan kabar sang ayah.
Perbincangan mereka kelihatan asyik dan tak terasa waktu sudah larut malam.
Setelah mereka merasa capek mereka memutuskan untuk beristirahat. Dimalam itu
secara diam-diam dengan penuh hati-hati mereka berusaha meloloskan diri dari
Kyai Mojo. Akhirnya mereka berdua berhasil kabur dari dalam Goa tersebut.
Pagi
hari setelah bangun tidur Kyai Mojo sangat terkejut, karena sudah tidak ditemui
mereka berdua di dalam goa tersebut. Beliau bergegas kembali ke tempat kudanya
diikat. Sesampai di Alas Kobong kudanya sudah tidak ada, tinggal tali kekang
kudanya yang tersisa dan para wargapun tidak tahu kemana perginya kuda
tersebut. Untuk mengenang jasa para penduduk maka tali kekang kuda tersebut diserahkan pada salah satu warga dusun yang
dianggap sesepuh. Beliau juga berpesan bahwa suatu saat nanti kendali kuda ini
akan bermanfaat bagi warga dusun tersebut. Untuk mengenang pemberian seorang
punggawa kerajaan Majapahit tersebut, maka kampung tersebut dinamakan Kendal yang artinya Kendali
, yang sampai sekarang nama peninggalan tersebut digunakan sebagai nama desa
yaitu desa Kendal. Dengan nama tersebut warga dan Kyai Mojo berharap suatu
saat desa tersebut akan menjadi kendali (contoh ) bagi desa-desa disekitarnya.
Bertepatan dengan diserahkannya tali kekang kuda di rumah salah satu warga yang
dianggap sesepuh di kampung. Untuk mengenang pemberian dari seorang punggawa
kerajaan maka diputuskan bahwa nama dusun di sebelah timur Alas Kobong dinamakan dusun Krajan yang artinya
tempat paling utama. Karena disitu tempat
terjadinya perpisahan seorang punggawa kerajaan yang sangat patuh dan
taat dalam mengemban tugas dan disitu juga terjadi nama sebuah desa yang
terkumpul dari beberapa perkampungan kecil. Selesai menyerahkan kendali
tersebut Kyai Mojo melanjutkan perjalanan kearah selatan, dengan
petunjuk yang maha kuasa dan bukti-bukti dari informasi penduduk akhirnya kedua
Putra-putri raja tersebut ditemukan di pesisir selatan pulau jawa di suatu kampung
yang bernama desa Kalak.
Hingga
saat ini desa Kendal terdiri dari 4 dusun yaitu: Dusun gunung Semut, Dusun
Ngaritan, Dusun Padangan dan Dusun Krajan. Menurut sejarah kepemimpinan desa
Kendal dari jaman dahulu sampai sekarang antara lain: Dono Pawiro, Joyo Wiryo, Sadari,
Sarjo, Atmoredjo, Tarmin Tjipto Wiyono, Imam Sudjadi, Suharyono, dan
saat ini dipimpin oleh Kepala desa yang bernama Yuli Sudyono.
Demikian
sejarah asal-usul desa Kendal yang sampai sekarang telah diabadikan sejarahnya,
agar dapat dikenang dan difahami oleh warga desa Kendal sampai ke anak cucu
nantinya.
Sejarah Kepemimpinan Desa Kendal
Adapun sejarah kepemimpinan desa Kendal dari
jaman dahulu sampai saat ini dapat kita lihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel Nama – Nama Kepala desa Kendal
NO
|
TAHUN
|
NAMA
KEPALA DESA
|
KET.
|
1
|
….. -
…..
|
DONO PAWIRO
|
|
2
|
….. -
…..
|
JOYO WIRYO
|
|
3
|
….. - …..
|
SADARI
|
|
4
|
….. - …..
|
SARDJO
|
|
5
|
……… -
1981
|
ATMOREDJO
|
|
6
|
1981 -
1990
|
TARMIN TJIPTO WIYONO
|
|
7
|
1990 -
1998
|
IMAM SUDJADI
|
|
8
|
1998 -
2006
|
SUHARYONO
|
|
9
|
2007 -
2013
|
YULI SUDYONO
|
Sejarah Pembangunan Desa Kendal
Pelaksanaan
pembangunan pada zaman Orde Baru di Desa Kendal belum begitu nampak dimata
masyarakat dan bahkan masih begitu diragukan manfaatnya oleh masyarakat.
Walaupun sebenarnya pemerintah sudah mencanangkan adanya REPELITA. Akan tetapi
hal tersebut disebabkan oleh adanya SDM dari masyarakat yang masih rendah, juga
kondisi desa yang masih sangat tertinggal.
Pembangunan
masih kurang berpengaruh bagi masyarakat disebabkan karena program pembangunan
pemerintah yang merencanakan dan pemerintah yang melaksanakan. Padahal tidak
sesuai dengan harapan masyarakat, sehingga banyak hasil pembangunan yang
sia-sia karena tidak tepat sasaran dan tidak sesuai dengan SDM dan kondisi
desa.
Setelah
adanya reformasi sistem pembangunan diawali dari tingkat bawah, yaitu
masyarakat yang merencanakan, melaksanakan dan menjalankannya. Maka pembangunan
tersebut akan bisa tepat sasaran dan akan melibatkan partisipasi masyarakat
secara berkesimanbungan. Pembangunan yang dilaksanakan saat ini diawali dari
pembangunan SDM. Melalui pelatihan-pelatihan ditingkat kelompok dari semua
lembaga yang ada maka sumber daya manusia akan meningkat dan akan mempermudah
pelaksanaan pembangunan ditingkat desa.
Diawali
dari tingkat SDM dan pemberdayaan masyarakat kini pembangunan mulai nampak dan
menyentuh semua masyarakat dari tingkat bawah. Melalui program-program yang ada
setelah zaman reformasi seperti adanya ADD, PPK yang akan berganti nama menjadi
PNPM MP juga melalui program yang lain semuanya melibatkan partisipasi
masyarakat secara langsung dari awal. Masyarakat sebagai perencana, pelaksana,
pengawas, juga sebagai pemanfaat.
Untuk
mewujudkan keberhasilan pembangunan desa sesuai dengan harapan masyarakat, mka
pemerintah desa bersama seluruh masyarakat dan semua lembaga desa yang ada
saling bekerjasama dan bergotong-royong. Adapun lembaga-lembaga yang ada didesa
dan penanggung program pembangunan antara lain: BPD, LKMD, Perangkat Desa, PKK,
LPD, Karang Taruna, juga Alim Ulama serta tokoh masyarakat yang lain yang semua
itu dengan kebersamaan dalam satu tujuan yang mengarah kepada desa yang maju
dan mandiri sesuai dengan harapan masyarakat.
Desa Kendal
hanya terdiri dari 4 ( empat ) dusun saja dengan jumlah penduduk 1.127 Jiwa
atau 362 KK, dengan perincian sebagaimana tabel berikut;
Tabel II.1: Jumlah Penduduk
No.
|
Jumlah
Penduduk
|
Jumlah
(Jiwa)
|
1.
|
Laki –
Laki
|
553 Orang
|
2.
|
Perempuan
|
574 Orang
|
3.
|
Kepala
Keluarga
|
406 KK
|
4.
|
Kepala
Somah
|
365 KS
|
Tabel II.2: Jumlah Penduduk Menurut Umur
No.
|
Umur
|
Jumlah
(Jiwa)
|
1.
|
0 s/d 12 Bulan
|
8
|
2.
|
1 s/d 5 Tahun
|
65
|
3.
|
6 s/d 7 Tahun
|
26
|
4.
|
7 s/d 18 Tahun
|
174
|
5.
|
18 s/d 56 Tahun
|
665
|
6.
|
> 56 Tahun
|
189
|
Jumlah
|
1.127
|
Keadaan Sosial Desa Kendal Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan
Tingkat
pendidikan masyarakat Desa Kendal adalah sebagai berikut
Tabel II.3: Tingkat Pendidikan Masyarakat
No.
|
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah ( orang )
|
1.
|
Tidak Sekolah / Buta Huruf
|
2
|
2.
|
Tidak Tamat SD/Sederajat
|
22
|
3.
|
272
|
|
4.
|
Tamat SLTP / sederajat
|
161
|
5.
|
Tamat SLTA / sederajat
|
262
|
6.
|
Tamat D1, D2, D3
|
39
|
7.
|
Sarjana / S-1
|
71
|
8.
|
Sarjana / S-2
|
1
|
Kesenian
yang masih ada di masyarakat Desa Kendal adalah sebagai berikut
Tabel II.4: Kesenian Masyarakat
No.
|
Jenis Kesenian
|
Jumlah Kelompok
|
Status
|
1.
|
Reog Ponorogo
|
1
|
Aktif
|
2.
|
Karawitan
|
1
|
Aktif
|
3.
|
Shalawatan
|
1
|
Aktif
|
Keadaan Ekonomi Desa Kendal Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan
Karena Desa Kendal merupakan desa pertanian, maka sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, selengkapnya sebagai berikut:
Tabel II.5: Mata Pencaharian Penduduk
Petani
|
Pedagang
|
PNS
|
Tukang /Jasa
|
Lain- Lain
|
676
|
12
|
95
|
43
|
38
|
Jumlah kepemilikan hewan ternak oleh penduduk Desa Kendal adalah sebagai
berikut :
Tabel II.6: Kepemilikan Ternak
Ayam/itik
|
Kambing
|
Sapi
|
Kerbau
|
Lain-lain
|
1.650
|
540
|
267
|
0
|
0
|
Secara
administratif pembagian wilayah, sebagai berikut:
Tabel II.7: Pembagian Wilayah Desa Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan
NO
|
DESA
|
DUSUN
|
RW
|
RT
|
1
|
KENDAL
|
4
|
7
|
14
|