Sindopos.com - Euforia batu akik, terus menyasar diberbagai strata sosial. Bahkan belakangan, para alumnus STPDN yang menduduki beberapa pos jabatan strategis dilingkup Pemkab Pacitan, ikut hanyut dalam kemeriahan batu akik. Monirul Ichwan, Camat Bandar, mengaku "jatuh cinta" pada batu akik sejak duduk dibangku sekolah lanjutan pertama (SLTP). Terlebih sekarang, seiring membomingnya batu mulia itu, ia pun semakin getol mencari bebatuan akik. "Sejak masa sekolah dulu, memang saya demen dengan akik. Sehingga wajar, kalau saat ini hobi mengenakan akik semakin menjadi," aku mantan Asisten Pribadi Bupati itu, Selasa (3/3).
Dia mengakui, seiring euforia batu mulia, dunia usaha dan sektor ekonomi lokal, kian menggeliat. Masyarakat yang semula menganggur, saat ini bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan lumayan besar. Begitupun dirinya, berawal dari hobi mengoleksi batu akik, ia pun tergugah agar masyarakat pelosok bisa mencari terobosan usaha demi keberlangsungan perekonomian keluarganya. Sebab tidak dimungkiri, kabupaten Pacitan yang secara geografis berada dikawasan berbukitan nan tandus, banyak menyimpan potensi bebatuan akik bernilai ekonomis sangat tinggi. Apalagi di wilayah Kecamatan Nawangan, saat ini tengah diburu para kolektor batu. Sebab di daerah penghasil cengkih tersebut, disinyalir banyak tersimpan bebatuan akik kelas wahid. "Malah belakangan, konon juga ada bebatuan jenis green oval dan blue oval didaerah tersebut. Bisa jadi, kualitas pengkristalannya masih jauh lebih bagus ketimbang bebatuan oval dari Tirtomoyo, Jawa-Tengah," bebernya pada wartawan, kemarin.Camat yang belum lama dilantik itu mengaku, selain dibuat koleksi, bebatuan akik dengan corak warna menarik itu juga diperjual belikan ke penjuru daerah. Monirul tidak memungkiri, jejaring alumnus satu kampusnya dulu bisa menjadi media bisnis batu akik asli Pacitan. "Yang utama, kami-kami ini ingin agar bebatuan asli Pacitan bisa dikenal dan dicintai masyarakat diseluruh nusantara," tuturnya.
Sementara bagi pemerintah setempat, Monirul berharap, ada perhatian lebih kepada para penambang dan perajin batu. Sebab belakangan, memang banyak bermunculan perajin-perajin muda yang baru kemarin sore mengenal keunikan akik dengan beragam karakter. Disinilah peran pemerintah, melalui instansi terkait sangat diharapkan. Mungkin dengan menyelenggarakan pelatihan-pelatihan dan pemberian bantuan peralatan. "Sementara ruang lingkup pemerintah baru sebatas itu, agar demam akik terus menggeliat dan berdampak positif bagi semua strata sosial," harapnya.
Selain dirinya, beberapa pejabat level eselon III, setara kabid/kabag, maupun camat, juga tengah berburu bebatuan mulia. Seperti Erwin Endriantono, Camat Tulakan, misalnya. Camat muda tersebut konon juga kolektor bebatuan asli Pacitan. Selain hobi, juga bernilai bisnis cukup menjanjikan. Bahkan, bebatuan koleksi para pejabat tersebut bernilai hingga puluhan juta rupiah. Sementara itu, Tri Setya Wahyudi, salah seorang perajin akik mengingatkan, agar para kolektor maupun penggemar akik asli Pacitan, diimbau lebih waspada lagi. Utamanya terhadap bebatuan kalsidon jenis Red Baron, yang konon dikabarkan mulai ada upaya pembajakan. Para pelaku bisnis akik, disinyalir mulai "menyelundupkan" bebatuan akik luar pulau dan diklaim sebagai bebatuan asli Pacitan. Padahal sejatinya, batu-batu tersebut diimport dari pulau sebrang. Meski diakui, kualitas warnanya jauh lebih sempurna. "Akan tetapi dari kualitas pengkristalannya, belum bisa menandingi bebatuan asli Pacitan," timpalnya. (Yun)
(Yuniardi Sutondo-Pacitan)
Kontributor Sindopos.com