Mahasiswi Universitas Surabaya (Ubaya) Cindy Eleonora Gani menciptakan lampu pengganti petromax untuk nelayan tradisional yang dinamai "FI Neon". Selaian sebagai lampu pengganti petromax yang ramah lingkungan, FI neon juga berfungsi memancing perhatian ikan.
“Saya sempat melakukan observasi kepada nelayan di Pantai Kenjeran, ternyata mereka menggunakan petromax yang berbahan minyak tanah yang tidak ramah lingkungan,” katanya di kampus setempat, Rabu (11/2).
Oleh karena itu, mahasiswa Jurusan Desain Manajemen Produk pada Fakultas Industri Kreatif Ubaya itu berusaha mendesain lampu pengganti petromax yang ramah lingkungan dan memiliki fungsi mampu memancing perhatian ikan.
“Saya tidak terlalu paham teknik, tapi dosen pembimbing membantu tugas akhir itu, sehingga saya mampu menyelesaikan tugas itu selama setahun dan akhirnya lampu FI Neon pun jadi. FI Neon itu berarti fishing neon,” katanya.
Ia menjelaskan lampu FI Neon itu menggunakan lampu LED sehingga tidak mudah panas dan bisa bertahan hingga 5-8 jam pemakaian bila “charge” energi yang masuk ke dalam lampu itu maksimal.
“Sistem charging untuk lampu itu bersifat plug in dan plug out, sehingga lampu bisa digunakan secara portable,” kata gadis kelahiran Kutisari, Surabaya itu.
Pencipta Lampu Fl-Neon |
Menurut dia, lampu sejenis memang ada, tapi lampu FI Neon memiliki beberapa kelebihan yakni bisa bongkar pasang, sedangkan lampu sejenis tidak bisa dan harus menggunakan kabel yang panjang.
Selain itu, lampu FI Neon juga ramah lingkungan dan tidak cepat panas, karena menggunakan lampu LED dengan daya tahan cukup lama (5-8 jam).
“Bila lampu FI Neon dimasukkan hingga kedalaman 2-3 meter, maka lampu akan dapat memancing ikan untuk menghampiri, sehingga nelayan tinggal melempar jaring setelah 1-2 jam dan hasilnya akan cukup banyak,” katanya.
Tentang proses “charging” lampu FI Neon, ia mengatakan lampu FI Neon itu diisi energi listrik dengan dihubungkan dengan motor perahu.
“Motor perahu itu diberi pulley dan dinamo untuk mengalirkan energi ke aki, lalu aki itu diberi regulator untuk melakukan charging ke dalam lampu FI Neon itu,” katanya.
Ditanya biaya pembuatannya, ia mengaku prototipe yang dibuat menghabiskan Rp3 juta, namun jika diproduksi secara massal akan bisa menghemat hingga tinggal Rp1,2 juta atau bahkan lebih murah lagi.
“Rencananya, saya akan mengenalkan lampu FI Neon itu kepada pemerintah. Kalau ada respons bagus, maka saya akan bekerja sama dengan industri untuk memproduksi secara massal, sehingga nelayan terbantu,” katanya.
Pihaknya juga sudah melakukan survei kepada sejumlah nelayan tentang lampu FI Neon itu. “Mereka suka, karena lampu FI Neon itu terang dan praktis,” katanya.
FI Neon karya Cindy itu dilengkapi 2 lampu LED (putih dan biru) 12 volt, 10 baterai NimH rechargeable, penggulung tali dengan dilengkapi tali sepanjang 10 meter. Lampu FI Neon seberat 700 gram itu dapat menyala dari energy yang dihasilkan dari putaran motor perahu.
“Indonesia sebagai poros maritim dunia (program Jokowi) dan upaya kebangkitan Kementerian Maritim perlu didukung pada level mikro taktis oleh desainer produk Indonesia,” kata dosen pembimbing Cindy, yakni Kumara Sadana Putra S.Ds MA.