Sindopos.com - Profil Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan.
Profil Desa & Kelurahan, Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan |
Kondisi Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan
Pentingnya memahami kondisi Desa untuk mengetahui keterkaitan perencanaan dengan muatan pendukung dan permasalahan yang ada, memberikan arti penting keputusan pembangunan sebagai langkah mendayagunakan dan penyelesaian masalah di masyarakat.
Desa Purwoasri merupakan salah satu dari 19 desa di wilayah Kecamatan Kebonagung, yang terletak 1 Km ke arah barat dari kota Kecamatan dan merupakan Pintu Gerbang Kota Kecamatan Kebonagung, Desa Purwoasri mempunyai luas wilayah seluas 226,011 hektar. Adapun batas-batas wilayah desa Purwoasri :
BATAS DESA
Sebelah Utara : Desa Kayen dan Desa Banjarjo
Sebeah Selatan : Desa Karangnongko dan Desa Karanganyar.
Sebelah Timur : Desa Kebonagung
Sebelah Barat : Desa Kayen
Iklim Desa Purwoasri sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung.
Sejarah Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan
Secara historis, sejarah Desa Purwoasri tidak lepas dari sejarah Kota Pacitan. Berikut ini adalah sejarah singkat Desa Purwoasri sebagai bagian dari sejarah terjadinya Kota Pacitan.
Pentingnya memahami kondisi Desa untuk mengetahui keterkaitan perencanaan dengan muatan pendukung dan permasalahan yang ada, memberikan arti penting keputusan pembangunan sebagai langkah mendayagunakan dan penyelesaian masalah di masyarakat.
Desa Purwoasri merupakan salah satu dari 19 desa di wilayah Kecamatan Kebonagung, yang terletak 1 Km ke arah barat dari kota Kecamatan dan merupakan Pintu Gerbang Kota Kecamatan Kebonagung, Desa Purwoasri mempunyai luas wilayah seluas 226,011 hektar. Adapun batas-batas wilayah desa Purwoasri :
BATAS DESA
Sebelah Utara : Desa Kayen dan Desa Banjarjo
Sebeah Selatan : Desa Karangnongko dan Desa Karanganyar.
Sebelah Timur : Desa Kebonagung
Sebelah Barat : Desa Kayen
Iklim Desa Purwoasri sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung.
Sejarah Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan
Secara historis, sejarah Desa Purwoasri tidak lepas dari sejarah Kota Pacitan. Berikut ini adalah sejarah singkat Desa Purwoasri sebagai bagian dari sejarah terjadinya Kota Pacitan.
Pacitan pada zaman Indonesia Hindu,
Menjelang permulaan abad Masehi serta datangnya pengaruh kebudayaan Hindu ke Indonesia, nenek moyang bangsa Indonesia telah memiliki tingkat kebudayaan sedemikian rupa yang terjalin dalam suatu sistem sosial yang kas Indonesia sebagai dasar, landasan dan sarana penyelesaian unsur - unsur kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia. Unsur – unsur itu terdiri dari (1). Gamelan, (2) wayang, (3) batik, (4) astronomi (5) sistem pemerintahan desa yang demokratis-dorp republik (6) pertanian dan irigasi (7) kemampuan menyusun metrum, (8) memandai logam, (9) sistem mata uang dan (10) pengetahuan pelayaran . Kesepuluh unsur kebudayaan tersebut sering disebut Ten Pont Brandes yang artinya Sepuluh unsur kebudayaan Indonesia asli yang diketemukan oleh JLA Brandes, seorang ahli bahasa bernahasa Belanda. Von Haine Geldern menambah dengan unsur – unsur animesme, dinamisme dan pemujaan arwah leluhur. Ahli lainnya mnyatakan bahwa pembuatan punden sebagai tempat pemujaan arwah dan rumah diatas tiang juga telah terjadi misalnya berdasarkan sumber – sumber Prasasti di Jawa barat telah muncul kerajaan Tarumanegara pada abad ke V M. Namun demikian usia kerajaan itu tidaklah lama. Tidak demikian halnya dengan kerajaan yang muncul di pedalaman Jawa Tengah bagian selatan di bawah Dinasti Sanjaya pada tahun 732 M. munculnya dinasti Sanjaya merupakan tonggak sejarah yang sangat penting bagi pembentukan dan perkembangan pemerintahan kerajaan di Jawa. Dinasti Sanjaya ternyata mampu berkembang ke Jawa Tengah sampai abad pertengahan X M, tepatnya sampai Tahun 937 M. pada zaman kerajaan Mataram (kuno) dibawah dinasti sanjaya itu terdapat petunjuk bahwa daerah pacitan dengan pusatnya di Watukura (sekarang Watupatok) telah muncul daerah tingkat II, yaitu tingkat pemerintahan yang posisinya diatas pemerintahan Wanua (Desa) tetapi dibawah pemerintahan pusat kerajaan. Bukti yang mendukung dugaan tersebut ialah adanya gelar rakai watukura Dyah Balitung. Bahkan Dyah Balitung kemudian berhasil menduduki tahta “MAHARAJÁ” di Mataram. Salah satu gelarnya Rakai Watukara Dyah Balitung Dharmo Daya Mahasumbu yang menurut sebagian ahli sejarah dianggap sebagai pawendiri candi Prambanan. Gelar rakai berasal dari “Rakai”, sinonim dengan gelar Samget (Pamget) pada struktur ketatanegaraan mataram kuno merupakan kepala daerah setingkat kabupaten. Bila demikian halnya maharaja balitung sebelumnya adalah kepala daerah Watukara, yang kemudian berhasil menduduki tahta kerajaan di Mataram.
Pada awal abad X pusat kerajaan yang semula terletak di Jawa Tengah pada masa pemerintahan Empu Sendok mengalami perpindahan ke Jawa Timur, sebagaimana telah disebutkan. Selanjutnya pada masa pemerintahan Airlangga, keturunan Empu Sendok (1017-1042) daerah tetangga Watukura yaitu Ponorogo muncul salah satu kekuatan yang berpusat di Wengker, sebagai kekuatan tangguh yang menentang dan menandingi airlangga. Hanya dengan susah payah Airlangga kemudian berhasil menghancurkan kekuatan Wengker dibawah Raja Wijaya, pada tahun 1037. Selanjutnya sepeninggal Airlangga, pusat kerajaan kemudian pindah ke Kediri (XI-XIII), Singasari (XIII) dan Majapahit (XIII-XVI). Selama periode Singasari dan Kediri nama Pacitan atau Watukara tidak muncul dalam percaturan atau pemberitaan sejarah, baru zaman Majapahit nama Watukara kemudian kembali muncul sebagai salah satu desa perdikan (Sima Kebudaan). Dalam hal ini Negarakertagama pada pupuh 77 syair ke-3 secara urut dari bagian barat Jawa ke arah timur, antara lain menyebutkan daerah-daerah perdikan: Budur, Wirun, Wungkulur, Watukura, serta Braja sana.
Reuffaer dalam karyanya tentang Malaka yang dimuat dalam majalah Bijdargen to de taal-, land-, en volkenkude (BKI) Den Haag 1921 halaman 132 cacatan ke-3 mengidentifikasikan Watukura dengan “Tortoise” (kura-kura) Rock (batu) sinonim dengan Watu Patok yang terletak di sudut barat laut Kabupaten Pacitan, posisinya terletak antara Kabupaten Wonogiri-Kabupaten Ponorogo. Sarjana lainnya yaitu Stutterhein dalam Tijdachrift Voor Indische Taal, Land, en Volkunude. (TBG) nomor 67 terbit di Batavia, pada halaman 182 menjelaskan Watukura dalam hubungannya dengan Maharaja Balitung dari Mataram kuno.
Sumber-sumber tradisi setempat yang lebih bersifat legenda menyatakan bahwa pada zaman Majapahit Pacitan dibawah kekuasaan Ki Ageng Buwono Keling, yang bertempat tinggal di dusun Jati, desa Purwoasri, kecamatan Kebonagung. Tokoh legendaris ini dikatakan berasal dari keturunan bangsawan Pajajaran yang kawin dengan salah seorang putri raja Majapahit terakhir. Bila cerita ini kita hubungkan dengan pemberitaan babad Pacitan itu yang menyatakan bahwa Ngabehi Secadrana, ayah Notopuro juga menjadi menantu pangeran di Sumedang, Jawa Barat. Nampaknya penguasa di Pacitan telah memiliki jalur hubungan dengan para penguasa di Jawa Barat dalam waktu yang lama dan baik. Akan tetapi bila kita perhatikan gelar sebutan Ki Ageng atau Ki Gede merupakan gelar yang muncul pada peralihan Majapahit ke zaman Islam. Para tokoh yang menyandang gelar itu misalnya Ki Ageng Sela, Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Tarub, Nyi Ageng Pinatgih, Ki Ageng Karanglo dan lain lainnya.
Berdasarkan fakta-fakta itu dapat diperkirakan bahwa tokoh Ki Ageng Buwono Keling muncul pada periode peralihan Majapahit ke jaman Islam. Pada masa sekarang makam Ki Ageng Buwono Keling masih dilestarikan sebagai cagar budaya yang dianggap sebagai pemula atau Kawitan (Purwo) sehingga menjadi sebuah wilayah yang ramai, indah, dan asri. Mungkin itu yang diabadikan sebagai legenda nama sebuah desa Purwoasri.
Pacitan pada zaman transisi Hindu-Islam: tokoh legendaris Ki Ageng Buwono Keling, Ki Ageng Petung, Ki Ageng Posong dan Seh Maulana maghribi.
Apabila Ki Ageng Buwono Keling historis maka pada akhir Majapahit di Pacitan telah ada penguasanya yang bertempat di Jati sebagai tanah perdikan atau sima. Tradisi itu kemudian juga menyebutkan bahwa keturunan Ki Ageng Buwono Keling di kemudian hari banyak yang menjadi pemimpin di wilayah Pacitan. Garis keturunan tersebut sebagaimana terdapat dalam Babad Pacitan sebagai berikut:
1. Ki Ageng Buwono Keling (Budha)
2. Ki Ageng Durbangkoro (Budha)
3. Ki Ageng Jati Kumelar (Budha)
4. Ki Ageng Sambi Kumelar (Budha)
5. Ki Ageng Puring Toyo (Islam)
6. Ki Ageng Mendole (Islam)
7. Ki Ageng Bajiraos (Islam)
8. Ki Ageng Samudin (Islam)
9. Ki Ageng Cabarudin (Islam)
10. Ki Ageng Rajudin (Islam)
11. Ki Ageng Djajanudin (Islam)
12. Ki Ageng Djajaniman (Islam), T. Djagakaryo
Tatkala di Pacitan terjadi proses Islamisasi Ki Ageng Buwono Keling tetap mempertahankan tradisi dan kepercayaan Hindu-Budhanya.
Tanah perdikan kedua dipimpin oleh Ki Ageng Petung di Rejasa. Tradisi lain mengatakan tokoh ki Ageng Petung sebagai cucu Raden Wijaya, dari putranya Raden Joko Dolog. Di sini jelas terdapat kekacauan sejarah, karena berdasarkan sumber Negarakertagama maupun Prasasti Sinpang 1289, Joko Dolog tidak lain dan tidak bukan adalah Kertanegara sendiri sebagai nama Petungnya yang terletak di Taman Apsari Surabaya. Kertanegara adalah mertua Raden Wijaya, selanjutnya menurut tradisi itu Ki Ageng Petung menurunkan orang-orang sakti di Pacitan seperti di Ngabehi Pancawilaga, Ngabehi Secawilaga, Ngabehi Secadirma, Ngabehi Secadrana I, Ngabehi Necadrana II dan Ngabehi Natapura yang nantinya oleh Pakubuwono II dari Surakarta diangkat sebagai Tumenggung Notopuro.
Tanah perdikan ketiga di Posong yang dipimpin oleh Ki Ampok Baya, yang kemudian juga bergelar Ki Ageng Posong .
Semula ki Ageng Ampok datang ke Ponorogo bersama Ki Menak Sopal. Dengan seizin Batoro Katong, penguasa Ponorogo kemudian kedua orang itu membabat hutan. Bila Ampok Baya membabat hutan di wilayah Pacitan, maka Menak Sopal membabat hutan disebelah timur Ponorogo. Lokasi yang dibabat Menak Sopalitu kemudian terkenal dengan nama Trenggalek. Ki Ageng Posong kemudian menurunkan tokoh-tokoh: Ngabehi Satriyan, Ngabehi Wiromarto, Ngabehi Kertajaya, Ngabehi Surung Marto (menantu R. Adipati Martawangsa dari Ponorogo), yang kemudian berputra Raden Ngabehi Natapraja.
Tanah perdikan keempat didirikan oleh Seh Maulana Maghribi, seorang Mubaligh penyebar Islam. Desa yang didirikan oleh Seh Maulana Maghribi itu bernama Duduwan. Setelah penyebar Islam itu meninggal dunia, kemudian dimakamkan di desa setempat, di tepi sungai Grindulu. Pada tahun 1886, makam tersebut rusak karena banjir besar.
Inti dari legenda itu adalah tatkala pada abad XVI terjadi proses Islamisasi di Jawa, didaerah Pacitan pun proses itu berlangsung pula, yaitu dengan datangnya Ki Ageng Petung, Ki Ageng Posong, dan Seh Maulana Maghribi. Para pendatang baru kemudian harus berhadapan dengan penguasa-penguasa setempat yaitu Ki Ageng Buwono Keling yang tetap mempertahankan tradisi Hindu-Budha. Konflik ini berakhir dengan kekalahan Ki Buwono Keling. Pola ini mirip dengan kisah Sunan Kudus tatkala menghadapi Ki Kebo Kenongo pada awal XVI.
Berikut ini beberapa nama yang pernah menjabat sebagai Kepala Desa Purwoasri:
1. Citro
2. Somodiwiryo
3. Jayus
4. Salim
5. Marsum
6. Miswan
7. Kateno
8. Papiek Sriyono
9. Andi Rahmanto
Struktur Organisasi dan Pelayanan Publik
Desa Purwoasri memiliki bagian dari satuan wilayah Pemerintahan Desa dengan fungsi yang sangat berarti dalam rangka pelayanan publik untuk kepentingan masyarakat. Dalam hal tersebut juga sangat berkaitan erat dengan kepentingan pemerintahan pada level diatasnya.
Nama Pejabat Wilayah Administrasi Pemerintah Desa
Purwoasri Tahun 2010
No.
|
N A M A
|
JABATAN
|
1.
|
ANDI RAHMANTO
|
Kepala Kepala
Desa
|
2.
|
HARNI KOESWANTO
|
Sekretaris
Desa
|
3.
|
KATMIN
|
Kaur
Pemerintahan
|
4.
|
DARMONO
|
Kaur
Pembangunan
|
5.
|
JA’ FAR
|
Kaur Kesra
|
6.
|
SUNTORO
|
Kaur Keuangan
|
7.
|
YUNI EKOWATI
|
Kaur Umum
|
Nama Pengurus Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Purwoasri Th. 2010
No.
|
N A MA
|
JABATAN
|
1.
|
FERI PUSPITO
|
Ketua
|
2.
|
HERUDIYANTO
|
Sekretaris
|
3.
|
MARYANTO
|
Anggota
|
4.
|
GUNAWAN
|
Anggota
|
5.
|
SUKARMAN
|
Anggota
|
6.
|
KATWADI
|
Anggota
|
7.
|
M. HASYIM
|
Anggota
|
8.
|
BOYAMIN
|
Anggota
|
9.
|
WAHYU WIDIANTO
|
Anggota
|
Nama Susunan Pengurus
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa ( LKMD) Desa Purwoasri Tahun 2010 ( Masa
Bakti 2007-2012 )
No.
|
JABATAN
|
N A M A
|
ALAMAT
|
1.
|
Pelindung
|
ANDI RAHMANTO
|
Padi
|
2.
|
Penasehat
|
H. SUGENG
SUTOPO
|
Sooka
|
3.
|
Penasehat
|
SUMADI, SPd.
|
Padi
|
4.
|
Ketua
|
TITO JUSHADI
|
Jati
|
5.
|
Wakil Ketua I
|
MUJIONO
|
P.Sari
|
6.
|
Wakil Ketua II
|
H. ARI
PRIAMBODO
|
Jati
|
7.
|
Sekretaris I
|
WINARTO, SPd.
|
G. Cilik
|
8.
|
Sekretaris II
|
AGUS SUYANTO, SPd.
|
Jati
|
9.
|
Bendahara I
|
ARIS BUDIONO, SPd.
|
Wetih
|
10.
|
Bendahara II
|
SUPIARTI, SPd.
|
Sooka
|
11.
|
Seksi – seksi
|
||
a.Sie Agama
|
1. EDY HARYANTO
|
Padi
|
|
2. PRIBANDI
|
G. Cilik
|
||
3. A. ZAENUDDIN
|
Wetih
|
||
4. ISTADI NURCHOLIS
|
Wetih
|
||
b.Sie Keamanan
|
1. S A H I R
|
Wetih
|
|
2. SIDIK PURNOMO
|
Padi
|
||
3. RIYANTO
|
Padi
|
||
c.Sie Pendidikan
|
1. ASRAP, SPd.
|
Jati
|
|
2. ANI SUPRAPNO, SPd.
|
Jati
|
||
3. SURATNO, SE.
|
Jati
|
||
4. TRUBUS SUTOPO,SPd
|
Sampang
|
||
d.Lingkungan hidup
|
1. MAHMUD K.
|
Padi
|
|
2. HENIS KRISTANTO
|
Jati
|
||
e.Sie Pembangunan
|
1. SURATNO, ST.MM
|
Sampang
|
|
2. SUYONO
|
Jati
|
||
3. SUKATMAN
|
Wetih
|
||
f.Sie Perekonomian
|
1. MISWANTO
|
Padi
|
|
2. IMAM SUYOTO
|
Sooka
|
||
3. WAHYU PURWENDI
|
Wetih
|
||
g. Sie Kesehatan KB
|
1. MULYONO, AMK
|
Padi
|
|
2. HADI SISWANTO
|
P. Sari
|
||
3. JUAIR, AMK
|
Jati
|
||
h. Sie Pemuda O R
|
1. HERI PURWANTO
|
Jati
|
|
2. Drs. ZAID PURNOMO
|
Wetih
|
||
3. TUMARDI, SPd.
|
Sampang
|
||
4. GUNTUR IRAWAN
|
Padi
|
||
i. Sie Kesos
|
1. SAHURI
|
Wetih
|
|
2. MASHUD
|
Sooka
|
||
3. SUWARNO
|
P.Sari
|
||
4. SUYOTO
|
Jati
|
||
j. Sie Kewanitaan
|
1. EKA SUSILOWATI
|
Padi
|
|
2. MUJI ASTUTI
|
Jati
|
||
3. SITI HARTINI
|
Sampang
|
||
k. Sie Kesenian
|
1. SUPARNO
|
Padi
|
|
2. BAMBANG SRIYONO
|
G. Cilik
|
||
3. M. NAHROWI
|
Jati
|
Nama Kepala Dusun
dan Pembantu Kepala Dusun Desa Purwoasri Th. 2009
No.
|
N A M A
|
JABATAN
|
1.
|
Wiji Suwardi
|
Kepala Dusun Sooka
|
2.
|
Pujiaono
|
Pembantu Kasun
Sooka
|
3.
|
Ahmad Tamrin
|
Kepala Dusun
Jati
|
4.
|
Imam Wahidin
|
Pembantu Kasun
Jati
|
5.
|
Santoso
|
Kepala Dusun
Sampang
|
6.
|
Tumari
|
Pembantu Kasun
Sampang
|
7.
|
Suwito
|
Kepala Dusun
Wetih
|
8.
|
Slamet M.
|
Pembantu
Kasun Wetih
|
9.
|
Abas Wiyadi
|
Kepala Dusun
P.sari
|
10.
|
Santoso
|
Pembantu Kasun
P.sari
|
11.
|
Suprapnno
|
Kepala Dusun
G.cilik
|
12.
|
Budoyo
|
Pembantu Kasun
G.cilik
|
13.
|
Tri Sunangjono
|
Kepala Dusun
Padi
|
14.
|
Sunarto
|
Pembantu Kasun
Padi
|
15.
|
Sumadi
|
Pembantu Kasun
Padi
|
Nama Pengurus
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Purwoasri
No.
|
JABATAN
|
N
A M A
|
ALAMAT
|
1.
|
Penasehat
|
Ny. Sumarti
Sriyono
|
P.Sari
|
Ny. Sri Katon
Sugeng
|
Sooka
|
||
Ny. Salatun
Sogimin
|
Jati
|
||
Ny. Siti
Hartini Kusni
|
Sampang
|
||
2.
|
Ketua
|
Ny.
Ekasusilowati Andi
|
Padi
|
Wakil Ketua
|
Ny. Tatik
Harni K.
|
Jati
|
|
Sekretaris I
|
Ny. Muji Astuti Ari P.
|
Jati
|
|
Sekretaris II
|
Ny. Tuttut Tri H Suwito
|
Wetih
|
|
Bendahara I
|
Ny.
Supiarti Suyoyo
|
Sooka
|
|
Bendahara II
|
Ny. Marwiyati
Suntoro
|
Sooka
|
|
3.
|
Kelompok Kerja I
|
||
Ketua
|
Ny. Esti
Handayani
|
Jati
|
|
Wakil Ketua
|
Ny. Siti Nuriyah
|
P. Sari
|
|
Sekretaris
|
Ny. Sukatmi
Suratno
|
Jati
|
|
Anggota
|
Ny. Nurmiati
Harun
|
Wetih
|
|
Anggota
|
Ny. Marjanah
Samin
|
P.Sari
|
|
4.
|
Kelompok Kerja II
|
||
Ketua
|
Ny. Ruriati
Aris B.
|
Wetih
|
|
Wakil Ketua
|
Ny. Hety Nur
Endah
|
Jati
|
|
Sekretaris
|
Ny. Sri
Purwani
|
G. Cilik
|
|
Anggota
|
Ny. Rohayati
Sidik
|
Padi
|
|
5.
|
Kelompok Kerja III
|
||
Ketua
|
Ny.
Suliyantini Tri S.
|
Padi
|
|
Wakil Ketua
|
Ny. Winarti
Tumardi
|
Sampang
|
|
Sekretaris
|
Ny. Siti Utami
Santoso
|
Sooka
|
|
Anggota
|
Ny. Purwani
Mulyono
|
Padi
|
|
Anggota
|
Ny. Hartutik
Bambang
|
Padi
|
|
6.
|
Kelompok Kerja IV
|
||
Ketua
|
Ny. Sri
Hariningsih
|
Padi
|
|
Wakil Ketua
|
Ny. Siti
Habibah
|
Sampang
|
|
Sekretaris
|
Ny. Ani
Lestari
|
Padi
|
|
Anggota
|
Ny. Lestari
Parno
|
Jati
|
|
Anggota
|
Ny. Jumiati
Pujiono
|
Sooka
|
Nama Pengurus
Karang Taruna Desa Purwoasri Tahun 2010
No.
|
N A M A
|
JABATAN
|
1.
|
HERI PURWANTO
|
Ketua I
|
2.
|
WAHYU PURWENDI
|
Ketua II
|
3.
|
INDRA IRMAWAN
|
Sekretaris
|
4.
|
CIPTO BUDIONO
|
Bendahara
|
5.
|
GUNTUR IRAWAN
|
Seksi Olah
raga
|
6.
|
SUSENO B. AJI
|
Sda
|
7.
|
BANGUN YUWONO
|
Sda
|
8.
|
TRI BUDIANTO
|
Sie Agama
|
9.
|
RENDRA S.
|
Sda
|
10.
|
BAMBANG SRIYONO
|
Sie Kesenian
|
11.
|
SUDARSONO
|
Sie Kesehatan
|
12.
|
JOKO KARYONO
|
Sie Pendidikan
|
13.
|
WAHYU SETYO BUDI
|
Sie Pendidikan
|
Desa Purwoasri terdiri dari 7 dusun dengan jumlah penduduk 2.506 Jiwa atau 751 KK, dengan perincian sebagaimana tabel berikut :
Jumlah
Penduduk
No.
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
1.
|
Laki – Laki
|
1.275 Orang
|
2.
|
Perempuan
|
1.231 Orang
|
3.
|
Kepala
Keluarga
|
751 KK
|
Jumlah
Penduduk Menurut Umur
No.
|
Umur (Tahun)
|
Jumlah (Jiwa)
|
1.
|
> 65
|
218
|
2.
|
60 - 65
|
99
|
3.
|
55 – 60
|
149
|
4.
|
50 – 55
|
149
|
5.
|
45 – 50
|
185
|
6.
|
40 – 45
|
171
|
7.
|
35 – 40
|
189
|
8.
|
30 – 35
|
137
|
9.
|
25 - 30
|
142
|
10.
|
20 – 25
|
135
|
11.
|
15 – 20
|
121
|
12.
|
10 – 15
|
99
|
13.
|
5 - 10
|
147
|
14.
|
< 5
|
106
|
Jumlah
|
2.506
|
Keadaan Sosial Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Purwoasri adalah sebagai berikut :
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Purwoasri adalah sebagai berikut :
Tingkat
Pendidikan Masyarakat
No.
|
Tingkat
Pendidikan
|
Jumlah ( orang
)
|
1.
|
Tidak
Sekolah / Buta Huruf
|
5
|
3.
|
Tidak
Tamat SD/Sederajat
|
129
|
4.
|
Tamat
SD / sederajat
|
134
|
5.
|
Tamat
SLTP / sederajat
|
433
|
6.
|
Tamat
SLTA / sederajat
|
501
|
7.
|
Tamat
D1, D2, D3
|
144
|
8.
|
Sarjana
/ S-1
|
401
|
Kesenian yang masih ada di masyarakat Desa Purwoasri adalah sebagai berikut :
Kesenian
Masyarakat
No.
|
Jenis Kesenian
|
Jumlah
Kelompok
|
Status
|
1.
|
Musik
|
4
|
Aktif
|
2.
|
Karawitan
|
3
|
Aktif
|
Karena Desa Purwoasri merupakan desa pertanian, maka sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, selengkapnya sebagai berikut:
Mata
Pencaharian Penduduk
Petani
|
Pedagang
|
PNS
|
Tukang /Jasa
|
Lain- Lain
|
578
|
72
|
253
|
27
|
Kepemilikan
Ternak
Ayam/itik
|
Kambing
|
Sapi
|
Kerbau
|
Lain-lain
|
1.676
|
138
|
92
|
-
|